Seiring perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat, kesuksesan besar ini juga telah memicu reaksi negatif yang mengkhawatirkan. Banyak orang menolak seni AI dan bahkan menyatakan bahwa kemunculannya menandai awal dari akhir kemanusiaan. Mengapa beberapa orang merespons seni buatan oleh AI dengan begitu negatif?

Menurut penelitian terbaru dari UBC Sauder School of Business, alasan di balik reaksi negatif terhadap seni AI adalah karena seni buatan ini menentang konsep tentang esensi manusia. Studi yang diterbitkan pada Juni 2023 dari jurnal "Computers in Human Behavior," para peneliti melakukan serangkaian eksperimen psikologi yang melibatkan seni AI. 

Salah satu eksperimen melibatkan peserta yang diberi 2 lukisan dan karya seni musik yang dihasilkan oleh AI dan yang lainnya oleh manusia. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta cenderung lebih suka karya seni yang dibuat oleh AI. Karena mereka menganggapnya lebih kreatif dan menarik.

Peneliti menanggapi bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran AI memang telah banyak mengubah cara pandang masyarakat terhadap sebuah seni, baik itu tulisan, fotografi, seni dan musik. Seni AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti chatbot dan asisten digital seperti Siri dan Alexa. 

Guangzhong Du, salah satu penulis studi ini, memprediksi bahwa seni AI akan semakin umum di masa depan. Dia berpendapat bahwa seharusnya masyarakat tidak menaruh pandangan negatif terhadap teknologi ini, sebaliknya melihat ini sebagai potensi kreativitas yang dapat membantu.

Bahkan beberapa peneliti berpendapat bekerja sama dengan AI bisa membantu para pekerja kreatif untuk mendapatkan hasil yang sulit dicapai jika hanya bekerja sendiri. Jadi, bagaimana tanggapan kamu mengenai teknologi AI pada karya seni? Tulis pendapat kamu di kolom komentar, ya!