Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan Indonesia akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama yang rencananya akan memulai pembangunan pada tahun 2030. Pembangunan PLTN pertama di Indonesia itu akan dilakukan tanpa menggunakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Merujuk pada CNN Indonesia, Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Rohadi Awaludin mengungkapkan rencana pembangunan PLTN itu masih dalam tahap pembicaraan awal. Pembicaraan tersebut melibatkan pihak-pihak terkait seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hingga Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Rencana pembangunan PLTN tersebut berakar dari PT ThorCon Power Indonesia (TPI) yang pada bulan Maret lalu mengumumkan akan membangun PLTN pertama di Indonesia berkapasitas 500 megawatt (TMRS500). Bob S Effendi selaku Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia mengungkapkan bahwa perusahaan telah menyiapkan investasi sekitar Rp17 triliun untuk membangun pembangkit nuklir dengan reaktor thorium. Reaktor nuklir itu rencananya dibuat di atas galangan kapal di Korea Selatan.

Rohadi menjelaskan pembangunan PLTN di Indonesia dapat menggunakan dua tipe kapasitas, yakni kapasitas kecil yang ditujukan untuk wilayah administratif dengan jumlah penduduk sedikit, serta kapasitas besar yang bisa dibangun untuk wilayah perkotaan.

"Untuk daerah yang terpencil, skala kapasitas yang digunakan akan kecil, kalau yang kota besar membutuhkan PLTN dalam skala besar. Besarnya itu sekitar 1.000 megawatt, sedangkan yang kecil 100-200 megawatt atau bahkan ada yang di bawah 100 megawatt," tutur Rohadi, dikutip dari CNN Indonesia.

Rohadi mengungkapkan kelebihan yang dimiliki PLTN, di antaranya tenaga listrik yang dihasilkan lebih stabil dan berkesinambungan sehingga hal tersebut membuat pemadaman listrik akibat kekurangan daya dapat diminimalisasi. Selain itu, keuntungan lain menggunakan PLTN ketimbang pembangkit listrik tenaga fosil yakni reaksi yang dihasilkan dari reaktor nuklir tidak mengeluarkan karbon dioksida.