Elektrifikasi adalah proses pemasangan dan distribusi sistem kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, bisnis, dan industri. Elektrifikasi bertujuan untuk memastikan bahwa setiap rumah, perusahaan, dan industri memiliki akses yang adil dan merata terhadap sumber energi listrik yang berkualitas dan terjangkau. Elektrifikasi juga merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara karena memungkinkan produktivitas dan inovasi dalam berbagai sektor. Oleh karena itu, elektrifikasi sangat penting bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Melansir dari VOI, Indonesia mencatatkan kemajuan yang signifikan dalam hal rasio elektrifikasi pada tahun 2022. Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rasio elektrifikasi sebesar 99,63 persen pada tahun tersebut, meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan tahun 2021 yang berada di angka 99,45 persen.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menekankan pentingnya memantau perkembangan rasio elektrifikasi di Indonesia karena menyangkut pemerataan akses listrik bagi seluruh masyarakat. Arifin mengatakan bahwa pemerintah akan terus berupaya meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, terutama di wilayah Timur Indonesia, seperti Maluku, Maluku Utara, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan pulau-pulau terluar lainnya.

Dalam upayanya ini, pemerintah menambahkan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebanyak 81,2 gigawatt (GW) sepanjang tahun 2022, dengan rincian Pembangkit Listrik Tenaga Uap sebesar 42,1 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Gas Uap/Mesin Gas (PLTG/GU/MG) sebesar 21,6 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 5 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga EBT 12,5 GW.

Dengan kemajuan ini, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati akses listrik 24 jam setiap hari dan dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi di daerah setempat. Pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan memberikan akses listrik yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.