Get the Connx App

Click here to learn more

connx-coin 50

by Connx ● May 15, 2023

Mengenal Thudong, tradisi Biksu jalan kaki dari Thailand ke Borobudur

● Society 5.0 0 1,1k bm-ic share-ic

Menjelang Hari Raya Waisak yang jatuh pada Minggu, 4 Juni 2023, puluhan bhante atau biksu berjalan kaki dari Thailand menuju ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Diketahui, terdapat 32 biksu yang melakukan tradisi Thudong atau perjalanan religi yang pelaksanaannya harus dilakukan dengan berjalan kaki. Diantaranya 27 biksu asal Thailand, 4 biksu dari Malaysia, dan 1 biksu dari Indonesia. Tradisi Thudong yang dilakukan ini diawali dari Nakhon Si Thammarat, Thailand pada 23 Maret lalu.

“Kalau yang perjalanan dari Thailand tanggal 23 Maret 2023. Kemudian dari sana jalan akan sampai Candi Borobudur. Rencananya mereka target ke Borobudur, perayaan Waisak, jadi targetnya begitu,” ungkap Bhikkhu Dhammavuddho, Sabtu (13/5/2023), dikutip dari Detik.

Melansir dari akun Instagram Young Buddhist Association (YBA) of Indonesia, para biksu tersebut melewati 4 negara, yakni Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia dengan jarak kurang lebih 2.600 Km yang ditempuh dengan berjalan kaki. Perjalanan ini ditempuh para biksu dengan kapal dari Singapura menuju ke Batam, kemudian pesawat dari Batam menuju ke Jakarta dan berjalan kaki dari Jakarta menuju Candi Borobudur.

Untuk rute perjalanan lengkap hingga tiba di Candi Borobudur yakni Batam - Jakarta - Bekasi - Cikarang - Karawang - Cikampek - Pamanukan - Kandanghaur - Jatibarang - Cirebon - Losari - Tegal- Pemalang - Pekalongan - Banyuputih - Kendal - Semarang - Ambarawa - Magelang. 

Selama melakukan perjalanan tersebut, para biksu akan bersinggah di beberapa tempat yaitu kediaman Habib Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), Vihara Adi Dharma (Semarang), Klenteng Hok Tik Bio (Ambarawa), dan Kelenteng Liong Hok Bio (Magelang). Rencana mereka, pada Selasa (30/05) akan tiba di Magelang dan memasuki kawasan Candi Borobudur pada (31/05).

Selain itu, Ronny Hermawan, Ketua Badan Pengurus Yayasan Pancaran Tridharma mengatakan bahwa satu dari 32 biksu tersebut adalah warga Cirebon, Jawa Barat yang bernama Wawan. Dalam perjalanan tersebut, Wawan bertugas menjadi penerjemah bagi para biksu lainnya ketika berada di Indonesia. 

 

Image courtesy: dok Bhikku Dhammavuddho

Aksi ritual yang dilakukan para biksu ini viral di media sosial dan banyak masyarakat yang bertanya-tanya apa itu tradisi Thudong. Mengutip dari laman resmi Ditjen Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia, Thudong merupakan kegiatan atau perjalanan ritual yang dilakukan oleh para bhante atau biksu dengan berjalan kaki sejauh ribuan kilometer. Untuk tahun ini, para biksu berjalan dari Thailand menuju Candi Borobudur yang terletak di Indonesia yang bertepatan dengan Hari Raya waisak.

Tradisi Thudong ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih kesabaran para biksu. Tentunya dalam melakukan perjalanan tersebut, para biksu akan terkena panas sinar matahari, hujan, makan sebanyak satu kali sehari dengan minum seadanya, dan tinggal atau beristirahat di tempat yang seadanya juga. Hal yang sama disampaikan oleh Bhikkhu Dhammavuddho yang menyampaikan bahwa tradisi Thudong yang dilakukan biksu-biksu tersebut dilakukan untuk melatih kesabaran karena Sang Buddha mengatakan bahwa kesabaran merupakan praktik dharma yang paling tinggi.

“Jadi sehari cuman sekali makan, melatih kesabaran dengan bayangan capek, sehari bisa berjalan minimal 30 km, 25-30 km. Kemudian mereka cuman satu kali dan panas, tutupnya pakai payung dan tinggal seadanya,” kata Bhikkhu Dhammavuddho, mengutip dari Detik.

Tradisi Thudong yang dijalani sampai saat ini adalah implementasi atau praktik terhadap ajaran agama Buddha Gautama. Secara umum, tidak terdapat perbedaan antara tradisi Thudong dulu dan sekarang, tetapi jika dilihat dari beberapa sisi, terjadi beberapa perubahan yang dilakukan sesuai dengan kondisi saat ini. Perbedaan tersebut adalah tempat singgah para biksu yang melakukan perjalanan. Jika pada zaman dahulu para biksu bersinggah di ruang kosong seperti gua atau hutan, namun saat ini para biksu akan bersinggah di vihara.

“Di zaman modern sekarang, tradisi tetap dilestarikan, tetapi karena vihara sudah ada, semua sudah ada, jadi digeser menjadi satu rangkaian perjalanan misalnya dalam rangka Waisak. Ke tempat-tempat suci, sekarang masih ada di Thailand juga masih sering dilaksanakan, di India dan kemudian yang pertama di Indonesia yang saat Ini,” jelas Bhikkhu Dhammavuddho.

 

Sumber: Detik, Tribunnews

Beri rating artikelnya!

Seberapa puaskah kamu?

coin

Selamat kamu berhasil dapetin Connx Coin! Terus explore untuk mendapatkan Coin lebih banyak!