Halalbihalal adalah sebuah tradisi atau kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi antara keluarga, teman, dan tetangga. serta sebagai salah satu kegiatan untuk saling memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa ramadhan sebulan penuh. 

Asal-usul Halalbihalal sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu “halal” yang berarti hal yang diperbolehkan dan “bihalal” yang berarti meminta maaf. Sedangkan, dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Halalbihalal diartikan sebagai sebuah kegiatan. Yang perlu diketahui kegiatan ini tidak ada di Al-Quran dan Hadis, yang ada di Al-Quran dan Hadis adalah kegiatan silaturahmi yang harus dilakukan tanpa melihat perayaan atau momen tertentu. maka dari itu, kegiatan ini bisa dibilang hanya suatu tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat - masyarakat negara mayoritas islam, termasuk Indonesia setelah Hari Raya Idul Fitri.

Ulama ternama Quraish Shihab dalam buku Lentera Hati (1994) menyebut kegiatan ini bertujuan menciptakan keharmonisan antara sesama, meski kegiatannya menimbulkan tanda tanya dari segi kebenaran dan bahasa. Sebab, di Arab Saudi, tempat turunnya Islam, tidak ada istilah ini. Maka dari itu, beliau menekankan "Bentuknya memang khas Indonesia, tetapi hakikatnya adalah ajaran Islam," kata Quraish Shihab.

Selain itu, pendapatan lain yang dapat mendukung pernyataan diatas  disampaikan oleh Sejarawan J.J Rizal di Tempo (30 Oktober 2006). Yang dimana, menurutnya Halalbihalal dipopulerkan oleh Presiden Soekarno usai mengadakan acara silaturahmi di Istana yang mengundang para tokoh berbeda ideologi di hari Lebaran tahun 1948.

Konon, acara ini diinisiasi oleh Kyai Wahab Chasbullah, salah satu ulama ternama Nahdlatul Ulama (NU). Sang Kyai inilah yang kemudian meminta presiden mengadakan pertemuan saling memaafkan di lebaran. Maka, lahirlah kegiatan halalbihalal.

Menelusuri kegiatan maaf-memaafkan sebagai sebuah konsep di Indonesia sebetulnya upaya menantang. Sebab, ini adalah kegiatan yang dinamis dan selalu dilakukan oleh banyak orang.

Salah satu dugaan lainnya mengenai asal usul Halalbihalal adalah ketika terjadi perselisihan di kalangan para sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu antara Saidina Ali dan Aisyah binti Abu Bakar, pada masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan. Perselisihan ini membuat hubungan di antara mereka menjadi renggang. Namun, setelah melewati masa puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tiba, mereka saling memaafkan dan kembali mempererat tali persaudaraan dengan mengadakan Halalbihalal. 

Kegiatan ini kemudian diadopsi oleh masyarakat Muslim di seluruh dunia dan menjadi salah satu tradisi yang dijalankan setiap tahunnya. Maka dari itu, sebenarnya di sisi lain Tradisi Halalbihalal ini juga dipraktikkan di berbagai negara Muslim lainnya bukan hanya di Indonesia, dengan berbagai nama, seperti Sholat Idul Fitri di Malaysia dan Brunei Darussalam, Eid al-Fitr di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

Halalbihalal merupakan sebuah tradisi yang dijalankan oleh umat islam di seluruh dunia, Namun menjadi suatu tradisi khas yang tak boleh terlewatkan di Indonesia untuk mempererat tali silaturahmi dan meminta maaf setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri. Meskipun asal usul Halalbihalal tidak dapat dipastikan secara pasti, karena ada  berbagai pendapat yang berbeda-beda, namun tradisi ini telah dijalankan selama bertahun-tahun dan menjadi sebuah kebiasaan yang dianggap penting dalam budaya masyarakat Indonesia.

Namun, terlepas dari berbagai asal usul tersebut, yang pasti kegiatan ini diharapkan dapat membuat semua orang dapat saling memaafkan dan mempererat hubungan persaudaraan, sehingga tercipta suasana yang harmonis dan penuh dengan kebaikan di antara sesama manusia. Hal ini juga dapat menjadi ajang untuk saling berbagi dan memberikan sumbangsih kepada sesama.