Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyampaikan proyeksi bahwa ekonomi berbasis hijau di Indonesia diharapkan dapat menciptakan 4,4 juta lapangan kerja pada tahun 2030. Lapangan kerja tersebut akan berkualifikasi sebagai pekerjaan ramah lingkungan atau yang dikenal sebagai green jobs.

Konsep green jobs sendiri, menurut definisi yang dihasilkan dalam Indonesia’s Green Jobs Conference 2022, merujuk pada pekerjaan yang berperan dalam melestarikan atau memulihkan lingkungan.

Meskipun demikian, hasil studi dari Yayasan Indonesia Cerah dan Suara Mahasiswa UI (SUMA UI) tahun 2023 menunjukkan bahwa masih ada sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama mahasiswa, yang kurang atau belum familiar dengan konsep pekerjaan ramah lingkungan. Studi tersebut mengungkapkan bahwa 55 persen responden mahasiswa mengaku belum memahami secara memadai konsep pekerjaan hijau.

Shinta Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), menyatakan bahwa kesadaran mengenai green jobs merupakan tantangan mendasar. Ia menekankan perlunya menciptakan kesadaran ini agar sumber daya manusia dapat mengembangkan diri dan mempersiapkan keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan ramah lingkungan.

Menurut Shinta, terdapat lima sektor yang menjadi fokus dalam pengembangan ekonomi hijau, yakni energi baru terbarukan, pertanian, manufaktur, pariwisata, dan konstruksi. Hal ini sesuai dengan peta okupasi nasional green jobs yang disusun bersama oleh pemerintah Indonesia, Jerman, dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).

Walaupun demikian, Shinta menekankan bahwa pada dasarnya, setiap industri memiliki potensi untuk terlibat dalam pekerjaan ramah lingkungan, tergantung pada strategi berkelanjutan yang diterapkan oleh perusahaan. Strategi ini dapat mencakup perlindungan ekosistem, pengurangan energi, bahan, dan konsumsi air, serta pencegahan limbah dan polusi.